Kelanjutan Kisah Calon Petugas Haji 2025: Antara Harap dan Hikmah
Goresan ini kutulis setelah berbulan-bulan menanti dalam harap dan doa. Sejak mengikuti seleksi petugas haji pada 17 Desember 2024 lalu di Asrama Haji Jakarta, satu hal yang terus terpatri di hati adalah keyakinan bahwa apa pun hasilnya, semua sudah tertulis dalam rencana terbaik-Nya. Kami sempat mendengar kabar bahwa pengumuman hasil seleksi akan disampaikan di akhir bulan Desember. Namun, Desember pun berlalu tanpa tanda-tanda kabar yang ditunggu.
Masuk bulan Januari 2025, harapan itu kembali menguat. “Mungkin awal tahun,” pikirku. Tapi, kenyataan berkata lain—Januari pun terlewati, dan belum juga ada pengumuman resmi. Penantian ini terus berlanjut hingga April 2025. Di bulan ini, secercah harapan kembali hadir setelah beredar informasi bahwa ada tambahan kuota petugas haji dari Pemerintah Arab Saudi. Dalam hati aku membatin, “Semoga ini jalanku untuk turut serta menjadi pelayan tamu Allah di tahun ini.”
Namun hingga awal Mei 2025, kepastian tak kunjung tiba. Justru kabar yang membingungkan mulai beredar—para petugas haji sudah mulai berangkat ke Tanah Suci. Dalam hati bertanya-tanya, “Siapa yang berangkat? Bukankah belum ada pengumuman siapa yang lolos dan tidak?” Kami menelusuri berbagai laman resmi Kementerian Agama, mencoba mencari informasi. Tapi hasilnya nihil. Tak ada satu pun daftar nama petugas haji pusat yang diumumkan secara terbuka.
Sementara itu, di saat yang bersamaan, saya juga masuk dalam kuota PPG Batch 1 untuk mapel Fikih di madrasah. Hati ini mulai dilanda dilema—antara mengambil kouta PPG atau tetap menunggu kemungkinan menjadi petugas haji. Ketakutan muncul, bagaimana kalau aku diterima menjadi petugas haji setelah memulai PPG? Bukankah dua hal ini waktunya bersamaan dan tak bisa dijalani sekaligus?
Namun, setelah berdoa panjang kepada Tuhan, dengan bismillah PPG kuambil. Aku yakin, Tuhan akan tuntun mana jalan terbaik. Dan benar saja, tepat setelah tanggal 22 Mei 2025, akhirnya kabar itu datang—bukan lewat laman resmi, bukan dari surat edaran, tapi personal melalui pesan WhatsApp dari Kementerian Agama RI: aku tidak terpilih menjadi PPIH Arab Saudi 2025. Istilah yang digunakan bukan tidak lulus, tetapi tidak terpilih. Dalam hati aku mengerti, ini bukan akhir dari segalanya.
Yang lebih membuat hati bergetar adalah, pengumuman tersebut datang di hari yang sama dengan jadwal Ujian Pengetahuan (UP) PPG-ku. Sungguh Tuhan menyusun waktu dengan sangat rapi dan penuh makna. Di ujung sujudku, aku panjatkan doa: “Terima kasih, Tuhan… Engkau telah izinkan aku ikut seleksi, walau belum terpilih tahun ini. Semoga tahun depan bisa kembali mencoba. Dan untuk sekarang, semoga Engkau mudahkan jalan PPG-ku.”
Tak berselang lama, sebelum goresan ini terunggah, pengumuman PPG keluar—dan alhamdulillah, aku dinyatakan lulus. Sungguh, ini jawaban atas doa yang terus kupanjatkan sejak hari pertama PPG dijalani.
Dan rupanya, Tuhan menyimpan hikmah besar di balik tidak terpilihnya aku sebagai petugas haji tahun ini. Di tanggal 2 Mei 2025, Allah SWT memanggil ibu mertuaku tercinta untuk berpulang. Lalu di tanggal 26 Mei 2025, istriku tercinta melahirkan putra pertama kami—anak lelaki hebat yang telah kami nanti. Saat itu, para petugas haji sedang berada di Arab Saudi. Dalam gumam dan tangis syukurku, aku berkata pada Tuhan, “Ya Rabb… Engkau memang Maha Mengetahui. Jika aku terpilih menjadi petugas haji tahun ini, bagaimana mungkin aku sanggup meninggalkan keluargaku di saat mereka sangat membutuhkan kehadiranku?”
Maka di ujung tulisan ini, aku kembali menguatkan niat: bismillah… tahun depan kita coba lagi. Sementara itu, aku jalani peranku sebagai guru, suami, ayah, dan santri kehidupan. Karena setiap jalan yang Allah pilihkan, pasti menyimpan kebaikan yang belum tentu kita pahami saat ini, namun akan sangat kita syukuri di kemudian hari.
Posting Komentar untuk "Kelanjutan Kisah Calon Petugas Haji 2025: Antara Harap dan Hikmah"