Hukum Takbir Tambahan Sholat Idul Fitri
Dalam sholat fardu terdapat dua macam takbir, yaitu
takbiratul ihram dan takbir intiqal. Namun dalam pelaksanaan sholat hari raya,
terdapat takbir tambahan atau takbir Zawaid. Dalam rakaat pertama bertakbir 7
kali, dan dalam rakaat kedua bertakbir 5 kali.
Hukum melaksanakan takbir tambahan diatas ialah sunnah,
Ibnu Qudamah menjelaskan,
والتكبيرات
والذكر بينها سنة وليس بواجب، ولا تبطل الصلاة بتركه عمدا ولا سهوا، ولا أعلم فيه خلافا
“Takbir zawaid dan bacaan antar-takbir –hukumnya– sunah
dan tidak wajib. Shalat hari raya tidak batal disebabkan tidak melakukan takbir
tersebut, baik disengaja maupun karena lupa. Saya tidak mengetahui adanya
perbedaan pendapat dalam masalah ini.” (al-Mughni,
2/234).
Tempat untuk membaca takbir tambahan ini ialah ketika
jeda diantara doa iftitah dan ta‘awudz. Dalam arti lain, bila seorang imam
sudah mulai membaca Al-Fatihah, maka kesunahan membaca takbir tambahan tersebut
telah lewat.
ووقت
السبع الفاصل (بين الاستفتاح والتعوذ) فإن فعلها بعد التعوذ حصل أصل السنة لبقاء وقتها
بخلاف ما إذا شرع في الفاتحة عمدا أو سهوا أو جهلا بمحله أو شرع إمامه قبل أن يأتي
بالتكبير أو يتمه فإنه يفوت ولا يأتي به للتلبس بفرض ولو تداركه بعد الفاتحة سن له
إعادتها أو بعد الركوع بأن ارتفع ليأتي به بطلت صلاته إن علم وتعمد
Artinya : “Waktu membaca tujuh takbir adalah jeda
antara doa (iftitah dan ta‘awudz [a‘ûdzu billâhi minas syaithânir rajîm] surat
Al-Fatihah). Jika seseorang bertakbir setelah ta‘awudz, maka ia dapat keutamaan
sunah karena waktunya masih ada. Lain soal bila seseorang sudah masuk ke surat
Al-Fatihah sengaja, lupa, atau karena tidak tahu tempatnya, atau imam sudah
mulai membaca surat sebelum makmum membaca takbir atau merampungkannya, maka luputlah kesunahan
baca takbir sunah. Seorang makmum tidak perlu membaca takbir ketika itu karena
bercampur dengan yang wajib (surat Al-Fatihah). Kalau seseorang menyusul baca
takbir setelah surat Al-Fatihah, maka ia dianjurkan untuk mengulang baca Surat
Al-Fatihah. Bila baca takbir setelah ruku, yakni bangun i’tidal, maka shalat
orang tersebut batal jika ia mengathui dan sengaja,” (Lihat Ibnu Hajar
Al-Haitami, Al-Mihajul Qawim, [Surabaya, Maktabah Muhammad bin Ahmad Nabhan wa
Auladuh: tanpa catatan tahun], halaman 87).
Tata Cara Pelaksanaan Takbir Tambahan Sholat Id
Adapun tata cara pelaksanaannya ialah sebagai berikut :
Pertama, diawali dengan takbiratul
ihram dan bacaan doa Iftitah, selanjutnya baru melakukan takbir tambahan
sebanyak tujuh kali. Ketentuan jumlah tujuh kali ini berdasarkan hadis riwayat
Imam Tirmidzi dari Amr bin Auf Almuzani,
أن
النبي صلى الله عليه وسلم كبر في العيدين في الأولى سبعاً قبل القراءة، وفي الثانية
خمساً قبل القراءة
Artinya : “Sesungguhnya Nabi Saw. bertakbir saat
melakukan salat Idul Fitri dan Idul Adha pada rakaat pertama sebanyak tujuh
kali sebelum membaca Al Fatihah dan pada rakaat kedua sebanyak lima kali
sebelum membaca Al Fatihah.”
Kedua, setiap melaksanakan takbir
tambahan dianjurkan mengangkat kedua tangan sebagaimana dalam praktek
takbiratul ihram. Imam Nawawi dalam kitab Almajmunya menuturkan,
مذهبنا
استحباب الرفع فيهن واستحباب الذكر بينهن
Artinya : “Mazhab kami (ulama
Syafiiyah) disunahkan mengangkat tangan pada saat melakukan takbir zawaid dan
membaca zikir di sela-selanya.”
Ketiga, Di sela-sela takbir
tambahan membaca zikir, takbir dan salawat kepada Nabi Saw. Ada beberapa macam
lafaz zikir yang direkomendasikan oleh para ulama untuk dibaca di sela-sela
takbir tambahan, di antaranya yang paling masyhur ialah bacaan berikut;
سبحان
الله، والحمد لله، ولا إله الله، والله أكبر، اللهم صل على محمد وعلى آل محمد، اللهم
اغفر لي وارحمني
“Subhanallah wal hamdulillah wa lailaha illah wallahu
akbar, allahumma shalli ala muhammadin wa ala ali muhammadin, allahumma
ighfirli war hamni.”
Ulama' yang lain membaca dzikir sebagai berikut,
الله
أكبر كبيراً، والحمد لله كثيراً، وسبحان الله بكرة وأصيلاً، وصلى الله على محمد وآله
وسلم تسليماً كثيراً
“Allahu akbar kabir wal hamdu lillahi kastira wa
subanallahi bukrataw wa ashila, wa shallahhu ala muhammad wa alihi wa sallam
tasliman kastira.”
Namun, ada pula ulama yang lain menganjurkan zikir
seperti dibawah ini,
لا
إله إلا الله وحده لا شريك له، له الملك وله الحمد وهو على كل شيء قدير
“La ilaha illahu wahdahu la syarikalahu lahul mulku wa
lahul hamdu wa huwa ala kulli syai in qodir.”
Keempat, Pada rakaat pertama setelah melakukan takbir 7 kali dilanjutkan dengan membaca surah Al Fatihah. Sedangkan pada rakaat kedua takbir tambahan dilakukan sebanyak 5 kali.
Sikap Makmum Saat Imam Lupa Tidak Takbir Tambahan Sholat Id
Dalam suatu kasus kejadian, kadang imam tidak melakukan
takbir tambahan baik itu sengaja ataupun lupa. Sikap makmum dalam problem
seperti ini ialah mengikuti imam. Sebab status takbir tambahan itu sendiri
ialah sunah, yang apabila ditinggalkan tidak dapat mempengaruhi keabsahan
sholat id.
Dalam Nailul Autor Imam Syaukani menjelaskan sebagai
berikut,
والظاهر
عدم وجوب التكبير كما ذهب إليه الجمهور لعدم وجود دليل يدل عليه
“Tampaknya yang tepat hukum takbir tambahan dalam sholat
‘ied tidaklah wajib. Sebagaimana dipegang oleh Jumhur Ulama. Karena tidak ada
dalil yang menunjukkan hal itu.” (Nailul Autor 3/357).
Ibnu Qudamah juga menyatakan senada dengan penjelasan
diatas,
والتكبيرات
والذكر بينها سنة وليس بواجب، ولا تبطل الصلاة بتركه عمدا ولا سهوا، ولا أعلم فيه خلافا
“Takbir tambahan dan bacaan diantara takbir hukumnya
sunah; tidak wajib. Shalat ‘ied tidak batal disebabkan meninggalkan takbir
tersebut, baik disengaja maupun lupa. Dan saya tidak mengetahui adanya
perbedaan pendapat dalam masalah ini.”
(al-Mughni, 3/274).
Syaikh Muhammad Mukhtar Asy-Syinqithi menambahkan dalam
keterangannya saat menjelaskan kitab Zaad al Mustaqni’ bahwa meninggalkan
takbir tambahan juga tidak berlanjut pada sujud sahwi,
أنها
ليست بواجبة ولازمة، وعلى هذا فلو نسي التكبير في صلاته فلا يلزمه سجود السهو، فلو
أن الإمام قال: الله أكبر، ودخل ثم قال: (الحمد لله رب العالمين) فسها عن التكبير،
فإنه لا يلزمه أن يسجد سجود السهو؛ لأن هذه التكبيرات الزوائد من السنة
Artinya : Takbir zawaid
(tambahan) hukumnya tidak wajib. Maka dari itu apabila seorang lupa takbir ini
dalam sholatnya, ia tidak diwajibkan untuk sujud sahwi. Seandainya seorang Imam
mengucapkan “Allahuakbar” kemudian langsung membaca ,”Alhamdulillahirabbil
‘aalamiin…” (alfatihah), ia lupa takbir, maka tidak wajib sujud sahwi. Karena
takbir zawaid hukumnya sunah.
Penjelasan lain dalam kitab Kifayatul Akhyar menegaskan
bahwa apabila seseorang lupa membaca takbir tambahan, namun dia sudah masuk
pada bacaan Al-Fatihah, maka kesunahan baca takbir sunah tersebut sudah lewat.
ولو
نسي التكبيرات وشرع في القراءة فاتت
Artinya, “Sekiranya imam lupa membaca takbir sunah dan
sudah masuk ke dalam bacaan surat Al-Fatihah, maka luput kesunahan baca
takbir,” (Lihat Taqiyuddin Abu Bakar Al-Hishni, Kifayatul Akhyar, [Beirut,
Darul Fikr: 1994 M/1414 H], juz I, halaman 126).
Pada prinsipnya, makmum harus mengikuti apa saja yang
dilakukan imam dalam shalat Id. Apabila imam tidak membaca takbir, makmum tidak
perlu membacanya. Begitu juga, bila imam membaca sebagian saja, makmum juga
cukup membaca takbir sebanyak takbir yang dibaca imam shalat Id.
وفي الثانية خمسا) ويأتي
فيها نظير ما تقرر في الأولى والمأموم يوافق إمامه إن كبر ثلاثا أو ستا فلا يزيد عليه
ولا ينقص عنه ندبا فيهما ولو ترك إمامه التبكيرات لم يأت بها
Artinya, “(Pada rakaat kedua, takbir sebanyak lima kali) seseorang bertakbir pada rakaat kedua sesuai dengan ketentuan pada rakaat pertama. Sedangkan makmum menyesuaikan dengan imamnya. Jika seorang imam hanya bertakbir tiga atau enam kali, maka makmum tidak boleh menambahkan atau mengurangi jumlah takbir dari jumlah takbir imamnya. Kalau imamnya tidak membaca takbir, maka makmum tidak perlu membacanya,” (Lihat Ibnu Hajar Al-Haitami, Al-Mihajul Qawim, [Surabaya, Maktabah Muhammad bin Ahmad Nabhan wa Auladuh: tanpa catatan tahun], halaman 87).
Posting Komentar untuk "Hukum Takbir Tambahan Sholat Idul Fitri"