Harun Thohir Pahlawan Nasional Dari Bawean
Biografi Harun Thohir
Harun Said bin Mandar yang lebih dikenal dengan Harun Thohir lahir di Pulau Bawean, pada 4 April 1947 tepatnya di Desa Diponggo Kecamatan Tambak Kabupaten Gresik Provinsi Jawa Timur. Dia merupakan salah satu dari dua anggota KKO (Korps Komando Operasi) yang kini disebut dengan Korps Marinir Indonesia yang ditangkap di Singapura pada saat terjadinya Konfrontasi dengan Malaysia.
Dalam Wikipedia disebutkan bahwa Harun lahir dari keluarga sederhana di Pulau Bawean, merupakan anak dari pasangan Bapak Mandar dan Ibu Aswiyani serta memiliki dua saudara. Semejak duduk di bangku sekolah pertama, ia sudah menjadi anak buah kapal dagang Singapura. Kesehariannya berada di Pelabuhan membuatnya sangat hafal daratan dan jalur pelayaran Singapura. Berbekal pengalaman ini, setelah dewasa ia masuk Angkatan Laut Indonesia. Di Angkatan Laut Indonesia beliau tumbuh menjadi prajurit pemberani dan sigap membela di medan pertempuran.
Harun Thohir Menjalankan Tugas Negara
Konflik antara Indonesia dan Malaysia yang terjadi pada Tahun 1963 menyebabkan pemutusan hubungan diplomasi juga konflik senjata yang melibatkan tentara Nasional. Dalam situasi seperti ini, Harun Thohir menjadi sukarelawan di Sumbu, Riau untuk melakukan aksi ke wilayah Singapura. Tepatnya pada tanggal 1 November 1964, ia mendapat gemblengan di Riau selama 5 (lima) bulan dan pada tanggal 1 April, pangkatnya naik menjadi prajurit KKO II.
Bulan Juli1964 ia bergabung bersama Dwikora, lalu dikirim ke Sumbu, Riau untuk melakukan penyusupan ke wilayah Singapura. Dalam misi ini ia sangat ahli menyamar. Dengan berbekal wajah yang mirip seperti orang Cina dan juga disertai dengan keahlian bahasa asing. Membuatnya tidak mendapatkan kesulitan untuk memasuki area target. Ia berhasil memasuki ke wilayah Singapura tanpa ada hambatan yang berarti.
Tugas berat yang sedang diembannya bersama tiga teman lainnya yaitu Usman, Gani dan Raoep ialah demolision atau Sabotase objek vital militer serta ekonomi Singapura. Pada tanggal 8 Maret 1965 misi itu pun dilaksanakan, bersama teman-temannya ia mengamati dan merumuskan sasaran yang cocok untuk di jadikan tempat sabotase berupa peledakan bom. Tepat disiang hari, mereka bertiga berhasil menempatkan bom seberat 12,5 kilogram di Baseman Hotel Max Donald, di Orchard Road. Kemudian pada pukul 03.07 shubuh, tanggal 10 Maret bom tersebut meledak.
Targedi meledaknya Hotel Mac Donald ini mengegerkan masyarakat dan pemerintah Singapura. Setelah kejadian tersebut, Harun bersama kedua temannya berpencar untuk kembali ke Indonesia. Harun bersama Usman melarikan diri menuju pelabuhan. Pada tanggal 13 Maret 1965, Harun dan Usman dengan motorboat melarikan diri menuju pangkalan militer di Sumbu Riau. Namun sayang, motorboat tersebut mogok di tengah laut. Akhirnya, mereka berdua ditangkap oleh petugas patroli laut Singapura dan keduanya dibawa ke Singapura sebagai tawanan. Keduanya mendekam di penjara Singapura selama tujuh bulan.
Harun Thohir dihukum Mati
Pada tanggal 4 Oktober 1965, pasca kasus peledakan bom oleh Harun dan temannya segera digelar di Mahkamah Tinggi Singapura. Pengadilan tinggi Singapura menolak pembelaan diri Harun Tohir meminta diperlakukan dan diadili sebagai tawanan perang. Hakim menjatuhi hukuman mati gantung kepada mereka dengan tuduhan pembunuhan terencana dengan aksi sabotase.
Mendengar berita
tersebut, pemerintah Indonesia mulai ber
diplomasi untuk membujuk Singapura agar
meringankan hukuman Harun dan temannya. Beberapa usaha telah dilakukan oleh
pemerintahan Indonesia. Pada tanggal 5 Oktober 1966, Indonesia mengajukan
banding ke Singapura namun ditolak. Selain itu juga, tanggal 17 Februari 1967
Indonesia berusaha membawa kasus ini ke pengadilan internasional di London,
namun ditolak juga.
Surat Harun Untuk Ibunya
Sehari sebelum pelaksanaan eksekusi hukuman gantung, Harun menuliskan secarik surat untuk Ibunya
“… hukuman jang akan diterima oleh Ananda adalah hukuman digantung sampai mati, di sini Dalam dunia ini akan tetap kembali ke Illahi… Mohon Ibunda ampunilah segala dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan Ananda selama ini… Ananda tutup surat ini dengan utjapan terima kasih dan selamat tinggal selama-lamanja, amin… Djangan dibalas lagi ”
Akhirnya eksekusi ini dilaksanakan tanggal 17 Oktober 1967 pukul 06.00 pagi. Setelah eksekusi berjalan jenazah Harun dikembalikan ke tanah air. Kemudian sehari setelahnya pada tanggal 18 Oktober 1967 pemakaman militer digelar dengan haru. Kewafatannya, menimbulkan berbagai reaksi dari berbagai kalangan. Presiden Soeharto sendiri, memberikan pesan khusus melalui Brigjen TNI Tjokropranolo, kepada Tohir dan Usman yang menyatakan kebanggan atas perjuangan mereka berdua. Selain itu sejam setelah eksekusi Tohir para Penjabat Kuasa Usaha RI menggelar upacara penghormatan dan mengheningkan cipta Wisma Indonesia. Di depan peserta yang berbaju hitam Letkol A. Rachman memberikan sambutan yang berisi penghormatan kepada kedua pahlawan muda tersebut.
Puisi Untuk Harun, Patah Tumbuh Hilang Berganti
Kolonel KKO-AL Bambang menyampaikan kesedihannya lewat puisi yang berjudul "Patah Tumbuh Berganti Untuk Usman dan Harun". Puisi tersebut masih tersimpan dengan baik di Museum Korps Marinir, Jakarta.
PATAH TUMBUH HILANG BERGANTI untuk OESMAN dan HARUN
Kuingat bunga sakura
dalam segala keagungannja
mekar sehari dua
dari tiada
hilang lenjap kembali ketiada
Kuingat melati sutji
putih mekar rendah dibumi
semerbak merias persada bunda
kekal abadi
tiada mengharap ganti rugi
Djiwamu jang besar kawan
djiwamu jang agung
Kau tunaikan tugas
bukan akibat jang kau risaukan
tugas sulit untuk pertiwi
djiwa raga kau kurbankan
Kau digantung kawan
badanmu mati, djasmanimu dikuburkan
tetapi,....................
semangatmu tetap hidup
djiwamu bersama kami
Keagungan, pengorbananmu
makin menginsjafkan dan menjalankan api didada
bukan satu dua
namun beratus-ribu, berdjuta-djuta
Pergilah dengan tenang, kawan
'kan kami teruskan perdjuangan
bak melati dalam mengabdi
bila perlu gugur sebagai sakura
..................untuk NUSA
..................untuk BANGSA
15 Nopember 1968
Bambang Widjanarko. Kolonel KKO
Harun Mendapat Gelar Pahlawan Nasional
Kopral KKO TNI Anumerta Harun bin Said dianugerahi gelar
pahlawan Nasional berdasarkan SK
Presiden RI No.050/TK/Tahun 1968, tanggal 17 Oktober 1968
Posting Komentar untuk "Harun Thohir Pahlawan Nasional Dari Bawean"