Download Khutbah Jum'at tentang Tiga Nilai Kepahlawanan
اَلْحَمْدُ للهِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ
سَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ رَسُوْلِ اللهِ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ
وَمَنْ وَالَاه.
وَأَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ
لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لَا
نَبِيَّ بَعْدَهُـ
أَمَّا بَعْدُ : فَإِنِّي أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ
بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْقَدِيْرِ الْقَائِلِ فِيْ مُحْكَمِ كِتَابِهِ:
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن
كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ
Maasyiral Muslimin
rahimakumullah
Sebuah keniscayaan bagi
kita selaku hamba Allah yang telah dianugerahi nikmat yang tidak bisa dihitung,
untuk senantiasa memanjatkan rasa syukur kepada Allah subhanahu wata’ala.
Syukur yang selalu kita ungkapkan ini, insyaallah akan menjadi pemicu untuk
ditambahkannya nikmat-nikmat Allah yang lainnya. Jangan sampai kita menjadi
orang yang kufur nikmat, karena Allah telah menegaskan bahwa azab Allah sangat
pedih bagi orang-orang yang tidak mensyukuri nikmat-Nya. Allah berfirman :
وَإِذْ تَأَذَّنَ رَبُّكُمْ لَئِن شَكَرْتُمْ
لَأَزِيدَنَّكُمْ ۖ وَلَئِن كَفَرْتُمْ إِنَّ عَذَابِى لَشَدِيدٌ
Artinya : “Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS Ibrahim: 7).
Maasyiral Muslimin
rahimakumullah,
Di antara banyaknya nikmat
Allah yang telah dianugerahkan kepada kita adalah nikmat bisa menghirup udara
kebebasan dan kemerdekaan. Dengan kondisi merdeka ini kita dapat beraktivitas
dengan tenang dan nyaman. Kita pun dapat beribadah kepada Allah dengan khusyuk,
tanpa terusik oleh kecamuk peperangan yang menyengsarakan. Kita tidak bisa
membayangkan bagaimana saudara-saudara kita yang hidup dan berada di wilayah
konflik peperangan di berbagai penjuru dunia saat ini. Mereka tentu sangat
susah mencapai kekhusyukan dalam beribadah. Ibadah-ibadah mereka harus diiringi
kecemasan akan keselamatan diri di tengah desingan peluru dan ancaman bom yang
bisa datang sewaktu-waktu.
Kondisi serupa juga pernah
dirasakan oleh para pahlawan yang merebut kemerdekaan dari para penjajah.
Situasi perang telah mengganggu ketenangan berbagai aktivitas mereka, termasuk
beribadah. Mereka mengorbankan jiwa dan raga untuk mewujudkan kemerdekaan agar
kehidupan bisa normal dan ibadah pun bisa lebih khusyuk. Oleh karenanya kita
perlu sadar bahwa kenikmatan dan kenyamanan kita dalam beribadah dan
beraktivitas saat ini adalah karunia Allah subhanahu wata'ala melalui wasilah
dan andil para pejuang dan pahlawan bangsa kita. Ini patut kita renungkan dan
syukuri.
Sebagai hamba yang tahu diri, sudah selayaknya kita mensyukuri kondisi ini dengan senantiasa menjaga agar kemerdekaan ini bisa terus dirasakan oleh anak cucu kita selanjutnya. Jangan sampai kita sendiri yang menjadi pemicu permusuhan antarsesama sehingga dapat mengakibatkan peperangan, baik antarbangsa Indonesia maupun dengan negara lain. Para pahlawan sudah memberikan contoh bagaimana berjuang untuk kemerdekaan. Saatnya juga kita harus berjuang untuk mempertahankan kemerdekaan.
Maasyiral Muslimin
rahimakumullah,
Dalam berjuang untuk
mempertahankan kemerdekaan yang telah diwariskan oleh para pahlawan ini, kita
bisa mencontoh nilai-nilai dan semangat yang mereka miliki dan kita aplikasikan
dalam kehidupan kita sehari-hari. Nilai-nilai itu di antaranya adalah pertama,
keteguhan dalam memegang prinsip. Para pahlawan kita oleh Allah dikaruniai
keteguhan dan kekuatan hati untuk senantiasa istiqamah berjuang dan tidak mudah
terpengaruh oleh propaganda dan iming-iming dari para penjajah. Nilai ini
selaras dengan firman Allah :
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَن تَابَ مَعَكَ
وَلَا تَطْغَوْا ۚ إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Artinya
: “Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan
kepadamu dan (juga) orang yang telah tobat beserta kamu dan janganlah kamu
melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan“
(QS Hud: 112).
Sikap ini harus kita tiru
di era modern saat ini dengan tidak mudah terombang-ambing oleh banjirnya
informasi yang ada di berbagai media, khususnya media sosial. Jangan kita mudah
terprovokasi oleh informasi-informasi yang bisa memunculkan perselisihan dan
selanjutnya mengakibatkan tidak stabilnya kondisi lingkungan dan masyarakat kita.
Bukan hanya terkait dengan
informasi-informasi umum saja, berbagai informasi terkait ilmu agama juga harus
kita waspadai jika bersumber dari tempat yang tidak jelas. Kita harus
benar-benar memegang ilmu yang telah diberikan oleh para ulama-ulama dan
guru-guru kita yang sudah jelas silsilah keilmuannya. Jangan sampai kita
terprovokasi oleh segelintir kelompok yang gemar menyebarkan paham, yang jika
kita tidak teguh dalam berpegang maka akan dapat terperosok kepada lembah
kejahiliahan.
Sebagai sebuah ikhtiar
batin, marilah kita banyak membaca doa yang sangat masyhur dan termaktub dalam
Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 8 :
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ
هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ ٱلْوَهَّابُ
Artinya : "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami condong kepada kesesatan sesudah Engkau beri petunjuk kepada kami, dan karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi Engkau; karena sesungguhnya Engkau-lah Maha Pemberi (karunia)."
Maasyiral Muslimin rahimakumullah,
Nilai kedua yang harus kita
contoh dari para pahlawan kita adalah keberanian. Pada masa dulu, yang membuat
gentar para penjajah adalah keberanian para pejuang kita dalam memperjuangkan
kemerdekaan. Walau bermodal hanya bambu runcing, sementara para penjajah
menggunakan peralatan senapan sampai dengan meriam dan tank baja, namun para
pejuang kita tidak mundur setapak pun.
Sikap berani ini harus kita
warisi juga dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan ini dengan optimis dan
berani menghadapi masa depan dengan menjadi jiwa yang kuat. Allah berfirman
dalam QS Ali Imran ayat 139:
وَلَا تَهِنُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَنتُمُ
الْأَعْلَوْنَ إِن كُنتُم مُّؤْمِنِينَ
Artinya : “Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.”
Maasyiral Muslimin
rahimakumullah,
Nilai ketiga adalah
kesabaran dalam meraih tujuan. Kita perlu menyadari bahwa para pahlawan
menghabiskan waktu mereka berjuang meraih kemerdekaan bukan hanya dalam
hitungan satu atau dua tahun saja. Mereka membutuhkan ratusan tahun, dari satu
generasi ke generasi berikutnya, dengan tidak ada rasa putus asa dan lelah untuk
meraih kemerdekaan ini.
Nilai-nilai kesabaran ini
bisa kita aplikasikan dalam perjuangan kita mengisi kemerdekaan melalui
kesabaran belajar bagi para generasi muda, kesabaran dalam bekerja bagi para
orang tua, dan kesabaran dalam menghadapi berbagai tantangan perubahan zaman oleh
seluruh elemen masyarakat.
Kesabaran bisa diibaratkan
seperti obat atau jamu. Pahit rasanya saat baru mencicipi, namun, lama kelamaan
akan berbuah manis. Pahitnya obat hanya terasa di mulut, namun manis dan
khasiatnya akan menjalar ke seluruh tubuh. Begitu juga dengan sifat sabar, ia
akan terasa sangat pahit di permulaannya, namun akan manis di akhirnya. Sungguh
beruntung orang-orang yang bisa menahan gejolak jiwanya dan bersabar dalam
setiap usaha yang dilakukannya dan takdir yang menimpa.
Jika kita bisa menjadi
sosok yang sabar, Allah subhanahu wata’ala sudah menegaskan bahwa kita akan
menjadi hamba yang dicintainya. Firman Allah subhanahu wata’ala dalam QS Ali
Imran: 146
وَاللّٰهُ يُحِبُّ الصّٰبِرِيْن
Artinya
: “Dan Allah mencintai orang-orang yang sabar”
Maasyiral Muslimin rahimakumullah,
Keteguhan, keberanian, dan kesabaran inilah yang bisa kita
contoh dari nilai-nilai perjuangan yang dilakukan oleh para pahlawan bangsa
kita. Tentu, masih banyak nilai-nilai positif lainnya yang bisa kita contoh dan
menjadi modal kita dalam mempertahankan dan mengisi kemerdekaan ini. Semoga
kita bisa mengamalkannya. Amin.
وَٱلْعَصْرِ،
إِنَّ ٱلْإِنسَٰنَ لَفِي خُسْرٍ، إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا ٱلصَّٰلِحَٰتِ
وَتَوَاصَوْا بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِٱلصَّبْرِ.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِي وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ مِنْ كُلِّ ذَنْبٍ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ وَكَفَى، اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ
عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ الْمُصْطَفَى وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ أَهْلِ
الْوَفَا.
أَشْهَدُ أَنْ لَّا إِلهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ
لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.
أَمَّا بَعْدُ : فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ،
أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ وَاعْلَمُوْا
أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ عَظِيْمٍ أَمَرَكُمْ بِالصَّلَاةِ وَالسَّلَامِ
عَلَى نَبِيِّهِ الْكَرِيْمِ فَقَالَ: إِنَّ اللَّهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ
عَلَى النَّبِيِّ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا
تَسْلِيمًا.
اَللّٰهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ
وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ
مَجِيْدٌ.
اَللّٰهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ
وَالْمُسْلِمَاتِ والْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ الْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ
وَالْأَمْوَاتِ.
اللهم ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ وَالْغَلَاءَ
وَالْوَبَاءَ وَالْفَحْشَاءَ وَالْمُنْكَرَ وَالْبَغْيَ وَالسُّيُوْفَ
الْمُخْتَلِفَةَ وَالشَّدَائِدَ وَالْمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ مِنْ
بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً وَمِنْ بُلْدَانِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً إِنَّكَ
عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ.
عِبَادَ اللهِ إنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ
وَالْإحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
وَالبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ
يَذْكُرْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
Posting Komentar untuk "Download Khutbah Jum'at tentang Tiga Nilai Kepahlawanan"