Materi hadis ke-27 dalam Kitab Arbain Nawawi ini penulis sampaikan dalam Kajian Rutin Ahad Pagi Majelis Taklim Baitiqu pada tanggal 20 Juli 2025 di Mushalla Baiturrahman Tuku, Sawahluar, Kotakusuma.
Hadis ini menjelaskan tentang kualifikasi kebaikan dan dosa serta cara mengetahui suatu perbuatan yang pelakunya sendiri ragu akan status perilaku yang sedang dilakukan. Apakah termasuk kebaikan ataukah dosa yang harus dihindarkan?
Penulis mengawali kajian ini dengan membaca do'a Nabi Khidir as dan Nabi Ilyas as untuk segala kebaikan dan menghindari segala keburukan, yaitu:
بِسْمِ اللهِ مَاشَاءَ اللهُ لَا يَسُوْقُ الْخَيْرَ إلَّا اللهِ
بِسْمِ اللهِ مَاشَاءَ اللهُ لَا يَصْرِفُ السُّوْءَ إلَّا اللهُ
بِسْمِ اللهِ مَاشَاءَ اللهُ مَا كَانَ مِنْ نِعْمَةٍ فَمِنَ اللهِ
بِسْمِ اللهِ مَاشَاءَ اللهُ لَا حَوْلَ وَلَا قُوَّةَ إلَّا بِا للهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
Selanjutnya penulis memuji Allah SWT dan bersholawat kepada Nabi Muhammad SAW juga keluarga dan sahabat-Nya sebagaimana muqaddimah dalam setiap ceramah maupun sambutan.
"Dalam pertemuan sebelumnya kita telah mengurai tentang cara bersedekah bagi orang-orang yang tidak memiliki harta, yaitu dengan perbanyak dzikir dan berperilaku baik terhadap sesama", ucap penulis kepada hadirin untuk mengingat kembali kajian hadis di pekan sebelumnya.
Mengulang materi terdahulu sering penulis lakukan dalam beberapa pertemuan agar hadirin dapat mengilas balik dengan kajian pekan lalu, apalagi kajian ini masih ada keterkaitan dengan kajian saat ini dan mendatang.
Dalam momen saat ini, penulis menjelaskan bahwa puncak kebaikan adalah akhlakul karimah. Seorang yang berilmu namun tidak berperilaku baik dapat menjadikan ilmunya menjadi malapetaka.
Imam malik mengibaratkan ilmu seperti garam dan akhlak seperti tepung. Untuk membuat adonan yang enak, tentu jumlah tepung harus lebih banyak dari pada garamnya. Begitu pula seseorang yang berilmu harus disertai dengan akhlak yang baik.
ﺇﺟﻌﻞ ﻋﻠﻤﻚ ﻣﻠﺤﺎ ﻭﺃﺩﺑﻚ ﺩﻗﻴﻘﺎ
Kemudian Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa dosa ialah hal yang dapat menggelisahkan hati dan pelakunya tidak senang bila perilaku tersebut diketahui oleh orang lain.
Dari hadis tersebut diterangkan bahwa perilaku dosa mempunyai 2 (dua) tanda: 1). tanda internal, yaitu jiwa merasa tidak tenang ketika melakukannya dan 2). tanda eksternal, yaitu tidak senang dilihat oleh orang lain dan takut mendapatkan celaan mereka.
Seseorang yang melakukan dosa pasti dalam hatinya ada pemberontakan dan melakukannya secara sembunyi-sembunyi. Berbeda dengan kebaikan, pelaku kebaikan akan merasakan kedamaian dan saat perilaku itu diketahui oleh orang lain menjadikan dia lebih dekat dengan Allah SWT.
Kemudian diceritakan pula bahwa Sahabat Wabishah mendatangi Rasulullah SAW untuk bertanya tentang kebaikan dan dosa. Nabi SAW memerintahkan kita untuk meminta fatwa pada hati kita masing-masing tentang perilaku kita sendiri. Apabila perilaku itu membawa ketenangan pada diri dan hari, maka perilaku itu ialah kebaikan. Namun bila perilaku itu diri dan hati gelisah serta menjadikan kita malu bila diketahui oleh orang lain, maka tentu perilaku itu ialah perilaku dosa yang menyimpang.
Semoga bermanfaat.
الحَدِيْثُ السَّابِعُ وَالعِشْرُوْنَ
عَنِ النَّواسِ بنِ سَمعانِ – رَضِيَ اللهُ عَنْهُ – ، عَنِ النَّبيِّ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، قَالَ : (( البِرُّ حُسْنُ الخُلُقِ ، والإثْمُ : ما حَاكَ في نَفْسِكَ، وكَرِهْتَ أنْ يَطَّلِعَ عليهِ النَّاسُ )) . رواهُ مسلمٌ
وَعَنْ وَابِصَةَ بْنِ مَعْبَدٍ قَالَ : أَتَيْتُ رَسُولَ اللهِ – صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ – ، فَقَالَ : (( جِئْتَ تَسْأَلُ عَنِ البِرِّ وَالإِثْمِ ؟ )) قُلْتُ : نعَمْ، قَالَ : (( اِسْتَفْتِ قَلْبَكَ ، الِبرُّ مَا اطْمَأَنَّتْ إِلَيْهِ النَّفْسُ ، وَاطْمَأَنَّ إِلَيْهِ القَلْبُ ، وَالإِثْمُ مَا حَاكَ فِي النَّفْسِ، وَتَردَّدَ فِي الصَّدْر، وَإِنْ أَفْتَاكَ النَّاسُ وَأَفْتَوْكَ ))حَدِيْثٌ حَسَنٌ رَوَيْنَاهُ فِي ” مُسْنَدَي ” الإِمَامَيْنِ أَحْمَدَ وَالدَّارميِّ بِإسْنَادٍ حَسَنٍ
Posting Komentar untuk "Hadis Ke-27 Kitab Arbain Nawawi : Kualifikasi Kebaikan dan Dosa"