Tiga Tingkatan Puasa
Tiga Tingkatan Puasa
Tiga Tingkatan Puasa - Imam Hasan bin Ahmad bin Muhammad bin Salim al Kaff dalam kitab التقريرات
السديدة في المسائل المفيدة menjelaskan tentang tingakatan orang yang berpuasa. Puasa terbagi menjadi 3 (tiga) tingkatan, yaitu : Puasa العوام, الخواص, dan خواص الخواص
Puasa 'Awam
Tingkatan pertama ialah puasanya orang awam / biasa yaitu mencegah dari hal-hal yang membatalkan puasa secara dhahir, seperti makan, minum, dan yang membatalkan lainnya.
Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya' Ulumuddin menambahkan sebagai berikut,
أَمَّا صَوْمُ الْعُمُومِ: فَهُوَ كَفُّ الْبَطْنِ وَالْفَرْجِ عَنْ قَضَاءِ
الشَّهْوَةِ
“Puasa umum adalah menahan perut dan kemaluan dari menuruti syahwat.”
Maksudnya, puasa orang umum atau puasa orang-orang awam adalah sekedar melaksanakan puasa menurut cara yang sudah diatur oleh syariat. Seseorang
makan sahur dan berniat untuk puasa pada hari itu, lalu menahan diri dari
makan, minum dan melakukan hubungan badan dengan suami atau istrinya sejak dari
terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari. Jika hal itu telah dikerjakan,
maka secara hukum syariat ia telah melaksanakan kewajiban puasa Ramadhan.
Puasanya telah sah secara dzahir dari segi ilmu fikih.
Puasa Khawas
Puasa Khawas ialah puasa / menahan diri dari melakukan maksiat.
وَأَمَّا
صَوْمُ الْخُصُوصِ فَهُوَ كَفُّ السَّمْعِ وَالْبَصَرِ وَاللِّسَانِ وَالْيَدِ وَالرِّجْلِ
وَسَائِرِ الْجَوَارِحِ عَنِ الْآثَامِ
“Puasa khusus adalah menahan pendengaran, penglihatan,
lisan, tangan, kaki dan seluruh anggota badan dari perbuatan-perbuatan dosa.”
Tingkatan puasa ini lebih tinggi dari tingkatan puasa
sebelumnya. Selain menahan diri dari makan, minum dan melakukan hubungan suami
istri, tingkatan ini menuntut orang yang berpuasa untuk menahan seluruh anggota
badannya dari dosa-dosa, baik berupa ucapan maupun perbuatan. Tingkatan ini
menuntut baik dzahir maupun batin untuk senantiasa berhati-hati dan waspada.
Ia akan menahan matanya dari melihat hal-hal yang
diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Ia akan menahan telinganya dari
mendengarkan hal-hal yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Ia akan menahan
lisannya dari mengucapkan hal-hal yang diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Ia
akan menahan tangannya dari melakukan hal-hal yang diharamkan oleh Allah dan
Rasul-Nya. Ia akan menahan kakinya dari melangkah menuju hal-hal yang
diharamkan oleh Allah dan Rasul-Nya. Dan seluruh anggota badannya yang lain ia
jaga agar tidak terjatuh dalam tindakan maksiat.Tingkatan puasa ini adalah
tingkatan orang-orang shalih
Puasa Khawassil Khawas
Puasa tingakat ke tiga ini ialah puasa / menahan diri dari segala hal selain Allah swt. Puasa tingkat ini merupakan tingkat tinggi yang hanya dapat dilakukan oleh hamba-hamba Allah pilihan.
وَأَمَّا
صَوْمُ خُصُوصِ الْخُصُوصِ: فَصَوْمُ الْقَلْبِ عَنِ الْهِمَمِ الدَّنِيَّةِ وَالْأَفْكَارِ
الدُّنْيَوِيَّةِ وَكَفُّهُ عَمَّا سِوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ بِالْكُلِّيَّةِ
“Puasa sangat khusus adalah berpuasanya hati dari
keinginan-keinginan yang rendah dan pikiran-pikiran duniawi serta menahan hati
dari segala tujuan selain Allah secara totalitas.”
Tingkatan ini adalah tingkatan puasa yang paling tinggi,
sehingga paling berat dan paling sulit dicapai. Selain menahan diri dari makan,
minum dan berhubungan, serta menahan seluruh anggota badan dari perbuatan
maksiat, tingkatan ini menuntut hati dan pikiran orang yang puasa untuk selalu
fokus pada akhirat, memikirkan hal-hal yang mulia dan memurnikan semua tujuan
untuk Allah semata.
Puasanya hati dan pikiran, itulah hakekat dari puasa
sangat khusus. Puasanya hati dan pikiran dianggap batal ketika ia memikirkan
hal-hal selain Allah, hari akhirat dan berfikir tentang (keinginan-keinginan)
dunia, kecuali perkara dunia yang membantu urusan akhirat. Inilah puasa para
nabi, shiddiqin dan muqarrabin.
Demikian penjelasan tentang tingkatan puasa. Semoga bermanfaat.
Posting Komentar untuk "Tiga Tingkatan Puasa"